Setiap anak dilahirkan dengan jiwa yang tulus, orang dewasa yang menghilangkan ketulusan itu
Setiap anak dilahirkan dengan mental mandiri, orang dewasa yang membuat mereka jadi suka bergantung
Setiap anak dilahirkan dengan kesukaan akan keteraturan, orang dewasa yang membuat mereka jadi suka berantakan
Setiap anak dilahirkan dengan kecintaan untuk belajar, orang dewasa yang membuat mereka jadi malas belajar
Jadi, dimana salahnya?
Hal ini lah yang didiskusikan dalam seminar yang diselenggarakan oleh Bintang Waktu Islamic Preschool & Daycare, Sabtu 21 April 2012, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan baik oleh guru maupun orang tua. Sabda Nabi SAW “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah”, tentunya sudah sering kita dengar. Tetapi bagaimana sebenarnya fitrah anak itu dan bentuk pendidikan seperti apa yang sejalan dengan fitrah anak? Dengan mengundang ibu Sri Rahayu, seorang praktisi pendidikan berbasis metode Montessori, seminar kali ini berusaha mengenal fitrah seorang anak dihubungkan dengan pendidikan metode Montessori.
Maria Montessori (1870-1952), seorang ahli pendidik asal Italia, menjabarkan fitrah seorang anak sebagai suatu tahap perkembangan anak yang disebut periode sensitif. Periode sensitif mengacu pada kepekaan seorang anak yang muncul karena adanya dorongan tertentu. Misalnya saja, kenapa seorang bayi baru lahir yang ditaruh di tubuh ibunya dapat bergerak ke arah puting ibunya dan mengisap tanpa seorang pun mengajarinya? Ini lah salah satu contoh sensitifitas seorang anak. Periode sensitif ini adalah blueprint yang dibuat oleh Sang Pencipta. Bila periode sensitif ini hilang, maka kesempatan itu tidak datang lagi.
Salah satu periode sensitif yang berlangsung pada anak adalah periode sensitif pada keteraturan. Anak menyukai hal yang teratur, konsisten dan repetisi. Bila anak rewel atau tantrum, pastinya ada suatu keteraturan dalam diri mereka yang terganggu. Dalam keadaan seperti ini lah orang tua atau pendidik harus mampu mencermati keteraturan apa yang mengganggu mereka
Umumnya orang tua menyimpan mainan anak ke dalam kotak mainan. Ketika anak membongkar kotak mainannya untuk mencari sesuatu, pengasuh atau ibulah yang membereskannya. Bila kita mengikuti periode sensitif anak pada keteraturan, sebaiknya menyusun mainan di atas rak terbuka menurut jenisnya. Penataan lingkungan yang rapi dapat membantu anak mendefinisikan keteraturan. Melibatkan anak untuk mengembalikan barang yang habis dipakainya juga akan membantunya memahami suatu urutan (sequence)